NawalaHPI Mei-Agu 2022 [Ed-2 Vol-3] - Magazine - Page 11
Badai Korona Melanda
Nakhodai bisnis Anda dengan selamat
P
ada 11 Maret 2020, yang pertama sekali dilaporkan sebagai virus yang belum pernah diketahui sebelumnya di balik sejumlah kasus
pneumonia di kota Wuhan, provinsi Hubei,
Tiongkok, oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
dinyatakan sebagai pandemi.
VIRUS KORONA
Sehari sebelum edisi perdana NawalaHPI ini terbit
(30 Maret 2020), lebih dari 745.000 orang di lebih
dari 190 negara/wilayah telah dikonfirmasi terjangkit virus korona, dengan jumlah kematian yang telah
melampaui angka 35.000. Bersama para pemimpinnya, masyarakat dunia berupaya menghambat, atau
meminjam istilah statistika ‘melandaikan kurva’,
persebaran virus ini dengan berbagai cara. Kian hari,
kita pun kian akrab dengan trio istilah pembatasan
sosial (yang kemudian direvisi menjadi pembatasan
fisik), karantina wilayah, dan kerja dari rumah, yang
menjadi bagian dari langkah-langkah penanggulangan untuk memutus rantai penularan virus ini.
Ekonomi dunia menerima pukulan hebat. Walau
dengan level lebam yang beragam, dapat dipastikan hampir semua sektor industri tidak lepas dari
dampak virus korona, termasuk industri jasa alih
bahasa. Pemberlakuan kebijakan preventif pembatasan sosial, misalnya, telah memicu pembatalan
acara-acara pertemuan yang sedianya membutuhkan layanan para juru bahasa.
9
NAWALAHPI
| Jan-Mar 2020
Bagi penyedia jasa alih bahasa, dampak wabah
virus korona dapat dibagi sekurang-kurangnya ke
dalam dua kategori, berdasarkan sifat entitas penyedia jasa itu sendiri: badan usaha (agensi) dan perorangan (penerjemah dan juru bahasa lepas). Dalam
artikel ini, materi yang dijadikan acuan untuk pembahasan pada tiap-tiap dari dua kategori tersebut
adalah dokumen A Survey Report on the Impact of
COVID-19 on Language Service Providers in China
(untuk agensi) dan wawancara singkat yang dilakukan NawalaHPI dengan beberapa anggota Himpunan
Penerjemah Indonesia (perorangan).
DAMPAK TERHADAP AGENSI
Pada 27 Februari 2020, Universitas Bahasa dan Budaya
Beijing (BLCU) menerbitkan hasil survei yang diadakan atas kerja sama tiga institusi akademis (jasa)
bahasa untuk menakar dampak wabah virus korona
terhadap badan usaha jasa bahasa di Tiongkok. 113
agensi memberikan tanggapan valid atas angket
yang disebarkan para peneliti.
Sebagaimana luas diketahui, pembatasan gerak,
atau karantina, adalah langkah tegas yang diambil
pemerintah Tiongkok guna menekan kiprah penularan virus korona. Kebijakan tegas ini menyebabkan
kantor-kantor tutup. Akan tetapi, mengingat kerja
jarak jauh bukan hal asing bagi para penyedia jasa
bahasa, 90% agensi di Tiongkok dapat dengan
cepat kembali menjalankan baik seluruh maupun
sebagian kegiatan usahanya.
Di samping itu, sebagian besar (hampir 80%)
responden survei menyuarakan keprihatinan yang
sama: penurunan kinerja perusahaan. Salah satu
faktor penyebabnya adalah penurunan tajam pendapatan akibat melemahnya arus bisnis dari klien
lama, penangguhan kerja sama bisnis, dan pembatalan banyak kontrak untuk calon proyek/bisnis
baru. Rentang penurunan kinerja ini beragam, berkisar dari 10 sampai 50 persen.
Wabah juga memberi dampak besar pada komunikasi di antara agensi dan para klien. Selain itu, arus
kas perusahaan tersendat karena masalah pelunasan
biaya jasa. Namun, dengan sistem internal yang solid,
banyak agensi tetap menunjukkan kinerja baik dalam
hal kapasitas mengerjakan dan menyelesaikan
proyek-proyeknya.
Menghadapi situasi krisis, strategi-strategi adaptif
diterapkan oleh agensi-agensi di Tiongkok. Penyediaan
| LIPUTAN UTAMA
jasa penjurubahasaan jarak jauh (dan bahkan penjurubahasaan di lokasi), penerjemahan berbagai
materi yang berkaitan dengan donasi luar negeri,
dan layanan terspesialisasi (seperti penyusunan buku
pedoman dialek Wuhan untuk para pekerja medis)
adalah beberapa contoh cara agensi berkontribusi
dalam upaya kolektif memerangi wabah virus korona.
DAMPAK TERHADAP INDIVIDU
“Satu per satu pekerjaan penjurubahasaan, baik di
dalam maupun luar negeri, mulai dibatalkan. Puncaknya pada bulan Januari dan awal Februari saat
semua pekerjaan dibatalkan,” kata Inanti P. Diran,
anggota penuh dan anggota Komite Kompetensi
dan Sertifikasi HPI.
Memang, juru bahasa adalah penyedia jasa bahasa
perorangan yang mendapat pukulan paling telak dari
wabah virus korona. Desi Mandarini, anggota penuh
HPI dari Bali, misalnya, juga mengaku mengalami penurunan permintaan jasa penjurubahasaan yang drastis.
“Dalam situasi normal, permintaan jasa juru bahasa sudah masuk sejak awal tahun, bahkan untuk
beberapa bulan ke depan. Saya normalnya menerima
paling banyak lima pekerjaan dalam sebulan. Kali
ini, banyak klien membatalkan pertemuan dan konferensi, sehingga otomatis mengurangi pendapatan
saya dari penjurubahasaan,” katanya.
Walau sifat pekerjaannya tidak mensyaratkan
mobilitas ke luar rumah, tidak berarti para penerjemah kebal dari dampak ekonomi virus korona.
Rudy Sofyan, anggota penuh dan Ketua Komisariat
Daerah Sumatra Bagian Utara HPI, menggambarkan
kondisi yang dihadapinya, “Saya banyak menerjemahkan hasil penelitian. Dengan adanya pandemi ini,
banyak peneliti yang menghentikan kegiatannya.
Berkurangnya pekerjaan mulai terasa pada minggu
kedua Maret karena banyaknya konferensi dan seminar
yang ditunda dan dibatalkan, sehingga penerjemahan
artikel ilmiah hasil penelitian berkurang.”
Dapat kita lihat, serangan wabah virus korona
terhadap kestabilan bisnis penerjemah dan juru
bahasa lepas bukanlah serangan langsung. Sebagai
mata rantai pendukung atau pelengkap dari sebuah
rantai produksi yang lebih panjang, jasa terjemahan
dan penjurubahasaan sangat dipengaruhi oleh
kondisi sektor-sektor industri yang membutuhkan
perannya. Pandemi cukup menghantam sektorsektor industri tersebut untuk membuat kita ikut
merasakan efeknya.
Bagi seorang penerjemah lepas, kendala kadang
bahkan datang dari sumber sebab yang lebih tidak
kentara signifikansinya dalam rantai produksi,
tetapi menjadi relevan dalam situasi sebuah
pandemi. Sebagaimana dikatakan Prayudi Wijaya,
anggota penuh HPI dari Yogyakarta, “Permintaan
terjemahan dari negara-negara yang paling
terdampak virus ini berkurang, seperti beberapa
perusahaan solusi pemasaran yang berbasis di
negara-negara Eropa. Ini mulai terasa terutama
sejak kondisi pandemik di Italia mulai parah. Dua
klien utama saya memang berbasis di sana. Secara
keseluruhan, bisa dibilang penghasilan berkurang
sekitar 20%.”
JIKA SIAP, TAKKAN GAGAP
Yang kita lakukan sebelum krisis menentukan kemampuan kita menghadapi dan melewati krisis. Dari sisi
penerjemah dan juru bahasa lepas, kebiasaan pemasaran jasa yang disiplin agaknya mampu menciptakan
area penyangga yang tidak tertembus grafik penurunan
volume proyek.
“Saya tidak terlalu gagap. Sebelum pandemi pun,
saya sudah selalu menyisihkan 30-60 menit per hari
untuk aktivitas pemasaran, paling tidak dengan
mengirimkan lamaran ke berbagai agensi penerjemahan,” kata Prayudi. Kebiasaan ini cukup terasa
manfaatnya dalam menekan laju penurunan arus
proyek di masa krisis.
Sikap luwes dan cekatan menanggapi situasi juga
dibutuhkan, “Selama masa pandemi, arahkan aktivitas pemasaran jasa ke negara-negara yang tidak
terlalu terdampak. Mengefektifkan pemasaran dari
kontak ke kontak juga terbukti efektif mendatangkan
klien perorangan,” sambung Prayudi.
Yang kita lakukan di masa krisis menentukan
kemampuan kita menghadapi dan melewati krisis
berikutnya. Lebih dari 90% agensi penerjemahan di
Tiongkok yang menjadi responden survei menyatakan bahwa penyesuaian model bisnis adalah agenda
mendesak yang akan mereka jalankan. Aspek-aspek
seperti diversifikasi portofolio bisnis (hukum “jangan
taruh semua apel di satu keranjang”), tanggap krisis,
dan perencanaan strategis berada di antara prioritas mereka.
TETAP JADI MAKHLUK SOSIAL
Menarik untuk memperhatikan bahwa WHO merevisi
istilah pembatasan sosial menjadi pembatasan fisik.
Tujuannya adalah untuk menjernihkan maksud: bahwa
yang dibatasi adalah jarak fisik, bukan untuk menjauhkan manusia dari lingkaran sosialnya. Di titik ini,
komunikasi punya andil penting. Pembatasan yang
sedang terjadi tidak semestinya memutus relasi manusiawi kita dengan klien.
“Saya memanfaatkan waktu yang ada untuk melihat
kembali daftar klien baru dan lama. Saya mengirim
surel untuk menanyakan kabar dan kondisi kesehatan
Jan-Mar 2020
|
NAWALAHPI
10